Selasa, 12 Januari 2016
Minggu, 10 Januari 2016
Efek Doppler
Seperti gelombang-gelombang anggota spectrum elektromagnetik lainnya, diruang hampa (vakum) cahaya merambat dengan laju c yang dirumuskan dengan
1. Pengamat menjauhi sumber cahaya
Pengamat menempuh jarak vt menjauhi sumber antara dua titik. Hal ini berati cahaya dari suatu titik tertentu mengambil waktu vt/c lebih panjang untuk sampai kepadanya dibandingkan sebelumnya. Jadi total waktu antara kedatangan gelombang yang berurutan adalah
2. Pengamat mendekati sumber cahaya
Dengan cara yang sama pada langkah 2 adalah
dengan μ0 adalah permeabilitas vakum = 4π × 10-7 Wb/A.m dan ε0 adalah permitivitas vakum = 8,85418 × 10-12 C2/N.m2, diperoleh nilai laju cahaya adalah c = 2,99792 × 108 m/s ≈ 3 × 108 m/s.
Sebagai gelombang, cahaya juga mengalami
efek Doppler, yaitu pergeseran frekuensi akibat gerak relatif antara
sumber cahaya dan pengamat.
Kita dapat menganalisa efek Doppler cahaya dengan memandang sumber cahaya sebagai lonceng berdetik kali persekon dan memancarkan cahaya pada setiap detik. Ada beberapa persamaan efek doppler untuk cahaya , yaitu :
Kita dapat menganalisa efek Doppler cahaya dengan memandang sumber cahaya sebagai lonceng berdetik kali persekon dan memancarkan cahaya pada setiap detik. Ada beberapa persamaan efek doppler untuk cahaya , yaitu :
Pengamat menempuh jarak vt menjauhi sumber antara dua titik. Hal ini berati cahaya dari suatu titik tertentu mengambil waktu vt/c lebih panjang untuk sampai kepadanya dibandingkan sebelumnya. Jadi total waktu antara kedatangan gelombang yang berurutan adalah
2. Pengamat mendekati sumber cahaya
Dengan cara yang sama pada langkah 2 adalah
sumber :
https://atophysics.files.wordpress.com/2008/11/materi-19.pdf
https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/b-efek-doppler-pada-cahaya/
Rabu, 06 Januari 2016
Polarisasi
Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban arah getaran gelombang transversal menjadi satu arah getar tertentu.
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip . Dengan demikian, berlaku pula
Jadi, diperoleh persamaan
Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.
2. Polarisasi karena absorbsi selektif
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.
3. Polarisasi karena pembiasan ganda
Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).
4. Polarisasi karena hamburan
Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel
udara di atmosfer sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di
atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih
pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak
dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.
Sumber :
Cahaya Terpolarisasi dapat ditimbulkan karena:
1. Polarisasi karena refleksiPemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip . Dengan demikian, berlaku pula
Jadi, diperoleh persamaan
Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.
Gambar 1 . Polarisasi reflektif |
2. Polarisasi karena absorbsi selektif
Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya
cahaya dengan orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang
diteruskan. |
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.
Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut θ |
Seberkas cahaya alami menuju ke
polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu hanya
komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya
cahaya terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua komponen E
yang tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E
yang sejajar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik
yang diteruskan analisator menjadi:
E2 = E cos θ
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:
I1 = ½ I0
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan intensitas menjadi:
I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ3. Polarisasi karena pembiasan ganda
Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks
bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang berbeda.
Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar
biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius
(disebut berkas sinar istimewa).
PERHATIKAN ANIMASI DIBAWAH INI !
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium,
partikel-partikel medium akan menyerap dan memancarkan kembali sebagian
cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh
partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang
panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan
intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang
ada di langit kita.
Gambar 5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan |
Sumber :
Kanginan,
Marthen. Fisika untuk SMA Kelas XII.
Jakarta: 2007
Supiyanto. Fisika untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:
Phibeta, 2006
https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/a-polarisasi-cahaya/
Anderson dkk, "Jacaranda Fisika 3 jilid Kedua" Ganesca Exact,Jakarta,2008
Selasa, 08 Desember 2015
Peristiwa Difraksi
Difraksi adalah peristiwa pelenturan muka gelombang ketika melewati
celah sempit. Pola difraksi gelombang cahaya dapat diamati dengan
eksperimen menggunakan difraksi celah tunggal dan kisi difraksi.
A. Difraksi Celah Tunggal
A. Difraksi Celah Tunggal
Difraksi celah tunggal adalah pelenturan gelombang ketika melewati
celah sempit. Difraksi juga akan menyebabkan munculnya pola terang dan gelap
pada layar.
Setiap titik pada celah tunggal dapat
dianggap sebagai sumber gelombang sekunder. Selisih antara kedua berkas
yang terpisah sejauh d adalah d sin θ.
Sumber : justitian-fst08.web.unair.ac.id
Analogi dengan pola interferensi celah ganda Young, pola terang difraksi celah tunggal diperoleh jika:
d sin θ = n λ, dengan n = 0, 1, 2, 3, …
dengan d adalah lebar celah.
Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika
d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n = 1, 2, 3, …
B. Difraksi Celah Ganda
Difraksi celah ganda adalah pelenturan gelombang ketika melewati kisi
Apa itu kisi ?
kisi adalah penampang yang memiliki banyak celah. suatu kisi biasanya memilki celah sebanyak N . Dengan N adalah jumlah celah per satuan panjang . Jika N diketahui,maka jarak antar celah (d) dapat dituliskan dengan
keterangan : D dalam centimeter,karena N-nya tiap persatuan garis per centimeter.
Macam-macam kisi
1. Kisi Difraksi adalah alat yang terdiri atas sejumlah besar celah dan digunakan untuk menghasilkan spektrum,kisi difraksi tidak hanya terdiri atas dua celah sempit,melainkan ribuan celah sempit.
2.Kisi Transmisi adalah suatu kisi dengan celah yang memungkinkan cahaya dapat melewatinya.
3.Kisi Refleksi adalah suatu kisi dengan celah yang memantulkan cahaya. Kisi umumumnya mempunyai goresan mencapai 5000 goresan per centimeter. Sehingga jarak antara dua celah sangat kecil yaitu sekitar d=1/5000=200000 cm
Sumber : fisikamemangasyik.wordpress.com
Pola terang oleh kisi difraksi diperoleh jika:
d sin θ = n λ, dengan n =0, 1, 2, 3, …
dengan d adalah konstanta kisi dan θ adalah sudut difraksi.
Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika
d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n =1, 2, 3, …
Dalam optika dikenal difraksi Fresnel dan
difraksi Fraunhofer. Difraksi Fresnel terjadi jika gelombang cahaya
melalui celah dan terdifraksi pada daerah yang relatif dekat,
menyebabkan setiap pola difraksi yang teramati berbeda-beda bentuk dan
ukurannnya, relatif terhadap jarak. Difraksi Fresnel juga disebut
difraksi medan dekat.
Difraksi Fraunhofer terjadi jika
gelombang medan melalui celah atau kisi, menyebabkan perubahan hanya
pada ukuran pola yang teramati pada daerah yang jauh.
Gelombang-gelombang cahaya yang keluar dari celah atau kisi pada
difraksi Fraunhofer hampir sejajar. Difraksi fraunhofer juga disebut
difraksi medan jauh.
Kanginan,
Marthen. Fisika untuk SMA Kelas XII.
Jakarta: 2007
Supiyanto. Fisika untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:
Phibeta, 2006
http://fisikaoptik.blogspot.co.id/2013/05/difraksi-cahaya-adalah-peristiwa.html
Minggu, 06 Desember 2015
Peristiwa Interferensi
Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya adalah perpaduan atau interaksi dua atau lebih gelombang cahaya dapat dapat menghasilkan suatu pola interferensi yaitu pola yang teratur terang dan gelap.Perpaduan dua gelombang tersebut haruslah koheren sehingga membentuk pola interferensi ..
Apa itu koheren ?
Koheren adalah dua berkas cahaya yang memilki fase tetap.
Interferensi memilki dua sifat yaitu interferensi yang sifatnya saling menguatkan/konstruktif (interferensi maksimum) yang akan membuat pola terang dan ada pula interferensi yang sifatnya saling melemahkan/destruktif (interferensi minimum) yang akan membuat pola gelap.
Syarat Terjadinya interferensi
1. Sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fase yang tetap (sumber koheren)
2. Sumber harus monokromatis dan menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang sama.
Interferensi Celah Ganda
Pertama kali ditunjukan oleh Thomas Young pada tahun 1801
Interferensi cahaya adalah perpaduan atau interaksi dua atau lebih gelombang cahaya dapat dapat menghasilkan suatu pola interferensi yaitu pola yang teratur terang dan gelap.Perpaduan dua gelombang tersebut haruslah koheren sehingga membentuk pola interferensi ..
Apa itu koheren ?
Koheren adalah dua berkas cahaya yang memilki fase tetap.
Interferensi memilki dua sifat yaitu interferensi yang sifatnya saling menguatkan/konstruktif (interferensi maksimum) yang akan membuat pola terang dan ada pula interferensi yang sifatnya saling melemahkan/destruktif (interferensi minimum) yang akan membuat pola gelap.
Syarat Terjadinya interferensi
1. Sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fase yang tetap (sumber koheren)
2. Sumber harus monokromatis dan menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang sama.
Interferensi Celah Ganda
Pertama kali ditunjukan oleh Thomas Young pada tahun 1801
Sumber : commons.wikimedia.org
Animasi di bawah ini mungkin akan membantu kita semua untuk memahami interferensi celah ganda yang ditunjukan oleh Thomas Young (klik animasi dibawah ini)
Inteferensi maksimum (konstruktif) yang ditandai pola terang akan terjadi jika kedua berkas gelombang fasenya sama. Ingat kembali bentuk sinusoidal fungsi gelombang berjalan pada grafik simpangan (y) versus jarak tempuh (x). Dua gelombang sama fasenya jika selisih jarak kedua gelombang adalah nol atau kelipatan bulat dari panjang gelombangnya.
Cincin Newton
Cincin di bagian luar lebih rapat dibandingkan di bagian dalam. Dengan R adalah jari-jari kelengkungan lensa, dan panjang gelombang cahaya dalam kaca adalah λ, radius cincin terang ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus
Inteferensi maksimum (konstruktif) yang ditandai pola terang akan terjadi jika kedua berkas gelombang fasenya sama. Ingat kembali bentuk sinusoidal fungsi gelombang berjalan pada grafik simpangan (y) versus jarak tempuh (x). Dua gelombang sama fasenya jika selisih jarak kedua gelombang adalah nol atau kelipatan bulat dari panjang gelombangnya.
Sumber : fisikamemangasyik.wordpress.com
Berdasarkan gambar di atas, selisih lintasan antara berkas S1dan d sin θ, dengan d adalah jarak antara dua celah.
Jadi interferensi maksimum (garis terang) terjadi jika
d sin θ = n λ, dengan n =0, 1, 2, 3, …
Pada perhitungan garis terang menggunakan rumus di atas, nilai n = 0 untuk terang pusat, n = 1 untuk terang garis terang pertama, n = 2 untuk garis terang kedua, dan seterusnya.
Interferensi minimum (garis gelap)
terjadi jika selisih lintasan kedua sinar merupakan kelipatan ganjil
dari setengah panjang gelombang. Diperoleh,
d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n =1, 2, 3, …
Pada perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas, n = 1 untuk terang garis gelap pertama, n = 2 untuk garis gelap kedua, dan seterusnya. Tidak ada nilai n = 0 untuk perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas.
Interferensi Pada Lapisan Tipis
Interferensi dapat terjadi pada lapisan
tipis seperti lapisan sabun dan lapisan minyak. Jika seberkas cahaya
mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas cahaya
dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi.
Gabungan berkas pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan
ini membentuk pola interferensi.
Sumber : nenysmadda.ucoz.org
Seberkas cahaya jatuh ke permukaan tipis dengan sudut datang i.
Sebagian berkas langsung dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis
(sinar a), sedangkan sebagian lagi dibiaskan dulu ke dalam lapisan tipis
dengan sudut bias r dan selanjutnya dipantulkan kembali ke udara (sinar b).
Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas
cahaya mengenai medium yang indeks biasnya lebih tinggi akan mengalami
pembalikan fase (fasenya berubah 180o), sedangkan sinar
pantul dari medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak mengalami
perubahan fase. Jadi, sinar a mengalami perubahan fase 180o, sedangkan sinar b tidak mengalami perubahan fase. Selisih lintasan antara a dan b adalah 2d cos r.
Oleh karena sinar b mengalami pembalikan
fase, interferensi konstruktif akan terjadi jika selisih lintasan kedua
sinar sama dengan kelipatan bulat dari setengah panjang gelombang (λ).
Panjang gelombang yang dimaksud di sini adalah panjang gelombang cahay
pada lapisan tipis, bukan panjang gelombang cahaya pada lapisan tipis
dapat ditentukan dengan rumus:
λ = λ0/n.
Jadi, interferensi konstruktif (pola terang) akan terjadi jika
2d cos r = (m – ½ ) λ ; m = 1, 2, 3, …
dengan m = orde interferensi.
interferensi destruktif (pola gelap) terjadi jika
2d cos r = m λ ; m = 0, 1, 2, 3, …
Cincin Newton
Fenomena cincin Newton merupakan pola
interferensi yang disebabkan oleh pemantulan cahaya di antara dua
permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa cembung) dan permukaan datar
yang berdekatan. Ketika diamati menggunakan sinar monokromatis akan
terlihat rangkaian pola konsentris (sepusat) berselang-seling antara
pola terang dan pola gelap.
Jika diamati dengan cahaya putih
(polikromatis), terbentuk pola cincin dengan warna-warni pelangi karena
cahaya dengan berbagai panjang gelombang berinterferensi pada ketebalan
lapisan yang berbeda. Cincin terang terjadi akibat interferensi
destruktif.
Sumber : https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Newton_ring.png
Cincin di bagian luar lebih rapat dibandingkan di bagian dalam. Dengan R adalah jari-jari kelengkungan lensa, dan panjang gelombang cahaya dalam kaca adalah λ, radius cincin terang ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus
dengan m = 1, 2, 3, … adalah nomor urut cincin terang.
Sedangkan radius cincin gelap ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus
dengan m = 1, 2, 3, … adalah nomor urut cincin gelap.
Perlu diingat bahwa panjang gelombang λ pada persamaan di atas adalah panjang gelombang cahaya dalam kaca (lensa) yang dapat dinyatakan dengan: λ = λ0/r, di mana λ0 adalah panjang gelombang cahaya di udara dan n adalah indeks bias kaca (lensa).
Kanginan,
Marthen. Fisika untuk SMA Kelas XII.
Jakarta: 2007
Supiyanto. Fisika untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:
Phibeta, 2006
Langganan:
Postingan (Atom)